Teman Lesbi Dari Chatting
Hai, namaku Bunga (samaran), umur 21 tahun, aku
masih kuliah di salah satu PTN terkenal di Jogja. Terus terang saja aku
adalah seorang gadis yang menyukai sesama jenis dan aku menyadarinya
semenjak SMP kelas 3. Dan aku mulai bereksperimen dengan dunia
lesbianku semenjak kelas 1 SMA. Ini adalah sepenggal kisah pengalaman
pribadiku yang benar-benar terjadi. Semua nama orang dan tempat dalam
cerita ini sengaja disamarkan untuk menghindari hal-hal yang tidak
dinginkan.
Kisah ini diawali dengan kegemaranku akan chatting pakai IRC dari
dua tahun lalu. Dengan nick name **** (edited), aku iseng menjelajahi
dunia cyber. Akhirnya kutemukan chat room/channel yang cocok denganku
yaitu #lesbi, #lesbian, #lesbians, #lezbo, dan masih banyak lagi,
bahkan aku sempat menjadi salah satu OP di sebuah channel lesbian. Aku pun mulai berkenalan dengan beberapa
orang yang kebanyakan dari luar negeri dan yang dari negeri sendiri.
Bisa di katakan 50% orang yang online di channel tersebut
adalah laki-laki, hal itu yang membuatku menjadi agak jengkel, mereka
semua penipu. Sampai akhirnya aku berkenalan dengan seorang wanita.
(***-devil) Hii.. boleh kenal nggak yah?
(****_girl) Boleh.. boleh.. asl-nya donk.
(***-devil) Aku 30 f jkt.. kamu?
(****_girl) Gue 20 f Jogja city.. hi hi hi, eh udah agak tua hihihihi.
(***-devil) Yee.. emang nggak boleh, eh real name dong biar enak manggilnya.
(****_girl) Gue Bunga.
(***-devil) Met kenal Bunga.. kenalkan aku.. Lina.
Obrolan kami pun terus berlangsung, mulai dari hal-hal yang ringan
hingga hal-hal yang berbau seks. Hampir setiap hari kami bertemu di
channel, kami pun mulai bertukar alamat, nomor telepon, dan foto
beserta biodata melalui e-mail maupun langsung saat online di channel.
Mbak Lina adalah wanita karier yang termasuk dalam golongan yuppies (young urban profesional), dia belum berkeluarga dan hidup sendiri di
tengah kerasnya kehidupan ibukota. Hingga pada suatu hari telepon di
kosku berdering.
"Halo.. bisa bicara dengan Dik Bunga?"
Aku pun menjawab, "Ya, saya sendiri.. mm ini dari siapa yah?"
"Ini aku Dik.. Mbak Lina!"
Aku tersentak, ya ampun suaranya begitu halus dan lembut, suaranya mampu menggetarkan hatiku.
"Ya ampun Mbak Lina.. bikin kaget saja, gimana kabarnya Mbak?"
"Baik-baik aja, eh Mbak bisa minta tolong nggak?"
"Ada apa Mbak?"
"Mbak sekarang ada di Jogja nih.. bisa nggak kamu jemput Mbak di stasiun, sekalian nyari hotel buat Mbak bisa nggak?"
"Oh my god.. kenapa nggak bilang-bilang kalau mau ke Jogja Mbak, iya deh Mbak aku jemput sekarang, Mbak tunggu saja di sana ok?"
"OK.. makasih yah."
Dengan segera sore itu juga aku menjemputnya di stasiun, tak lupa
kubawa fotonya agar aku lebih mudah mengenali dirinya. Sesampainya di
stasiun, aku langsung bisa mengenalinya, wanita anggun dengan setelan
blazer khas wanita karier. Aku pun menyapanya, "Mbak Lina..!" Dia pun
berpaling kepadaku, dan tampaknya dia terperanjat, "Ya ampun.. Bunga..
kamu nampak jauh lebih cantik dibandingkan photomu." katanya, sembari
tanpa malu-malu mengecup pipiku. Aku pun membalasnya dengan agak
canggung. "Udah Mbak.. ngobrolnya sambil jalan aja, udah sore nih,
entar kemaleman lagi.. yuk!" kataku sambil kugandeng tangannya. Selama
perjalanan Mbak Lina bercerita bahwa dia ambil cuti seminggu untuk
liburan, dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke Jogja, dia ingin
mengunjungi Borobudur, Prambanan, pantai Parang Tritis serta daerah
wisata lain di sekitar Jogja. Aku mencarikannya hotel yang dekat dengan
kosku di sekitar kampus.
Kami pun tiba di hotel T, setelah check in kami berdua segera menuju kamar, tampaknya Mbak Lina sangat lelah akibat perjalanannya.
"Mbak.. kalau Mbak lelah, jalan-jalan ke Malioboronya besok aja
Mbak, mendingan Mbak istirahat aja sekarang, OK?" kataku sembari
beranjak keluar ruangan.
"Lho Bunga! kamu mau kemana?" tanya dia.
"Mmm.. anu Mbak, Bunga pulang ke kos dulu.. mau mandi, kan udah sore."
"Kamu ini gimana, mandi di sini kan bisa, habis mandi nanti kita
keluar.. anterin Mbak jalan-jalan, gimana mau khan? please!" katanya
sambil memohon kepadaku, aku pun mengangguk.
Mbak Lina mulai melepas bajunya satu demi satu hingga tinggal BH
dan celana dalamnya saja. "Bunga.. kamu ini gimana, katanya mau mandi,
ayo buka bajunya!" katanya sembari melucuti pakaianku, aku hanya bisa
pasrah saja dengan tingkah lakunya, dia pun juga menyisakan BH dan
celana dalamku saja, meski tubuhku (175 cm) lebih besar dibanding dia
(kurang lebih 165 cm) aku tidak banyak berkutik. Aku bisa melihat lekuk
tubuhnya yang indah dengan jelas, dadanya seukuran denganku 36B, dan ia
memiliki belahan pantat yang sangat indah. "Hei.. disuruh mandi kok
malah bengong, ayo..!" dia membimbingku ke kamar mandi, kemudian segera
menutup pintu kamar mandi begitu kami berdua berada di dalam. "Mmm..
mandinya bareng aja yah, biar lebih cepet, "katanya sambil tersenyum,
sekarang dia mulai melepas BH dan celana dalamnya dan tanpa canggung
melepas punyaku juga. Terpampang jelas di depanku wanita cantik dan
seksi dengan payudara yang padat dan menjulang ke atas, aku bisa
membaui aroma kewanitaanya dari kemaluannya, membuat kemaluanku semakin
basah. Tanpa pikir panjang aku langsung menubruk dan memeluk tubuhnya,
aku memepet tubuhnya ke dinding sehingga dia tidak dapat berkutik lagi,
aku bisa merasakan sensasi yang menakjubkan ketika payudaranya
bergesekan dengan payudaraku, aku bisa merasakan nafasnya mulai tidak
beraturan. Mbak Lina memejamkan matanya, tampaknya dia pasrah dalam
pelukanku.
Tanganku pun mulai bergerilya, menyusuri tubuh indahnya, kulumat
bibir indahnya dengan bibirku, dia membalas pagutan demi pagutan, dia
merangkulkan tangannya ke leherku, napasnya semakin memburu dan aroma
khas kewanitaannya semakin keras menusuk hidungku. Aku pun merasa
kemaluanku semakin basah, payudaraku pun semakin menegang. Pelan-pelan
tanganku mulai merambat menuju kemaluannya dan.. ya ampun.. kemaluannya
sudah sangat basah, kuraba selangkangannya dengan lembut, dan ia sempat
tersentak ketika jari-jariku meraba klitorisnya, ketika jariku ingin
kumasukkan ke dalam liang kemaluannya dia mencegahku dengan wajah
memelas, dia menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin aku melakukannya,
mungkin dia masih perawan pikirku. Dia pun berkata, "Sayang..
dielus-elus saja yah.. please," katanya sambil memelas. Aku pun hanya
mengangguk. Kulumat lagi bibir indahnya sambil mengusap-usap
kemaluannya, dia pun juga mulai mengusap kemaluanku. Beberapa saat
kemudian aku merasakan sensasi enak yang menjalari tubuhku, hangat dan
mulai memusat ke arah kemaluanku.
"Mbak.. ahh.. ah.. oughh.. terus.. jangan berhentii.. uuhh.. udah mau keluar nih."
"Bunggaa.. aah.. Mbak juga udah mau keluar nih.. ouughh.."
Sesaat kemudian tubuhku mengejang-ngejang dan aku merasakan cairan
hangat mengalir deras dari kemaluanku, begitu juga dengan Mbak Lina dia
memelukku dengan erat ketika dia mencapai orgasme, dia melumat bibirku
agar tidak berteriak, setelah agak mereda, dia mulai melepaskan
pelukannya tapi kemudian ambruk dalam pelukanku, tampaknya dia sangat
lelah kemudian aku pun memandikannya dengan lembut dan dia pun juga
melakukan sebaliknya kepadaku. Dia tampak pasrah sekali kepadaku,
sampai-sampai dia tidak mau melepaskan pelukannya dariku. Kukeringkan
badannya dengan handuk sambil sesekali mengelus payudara ataupun
kemaluannya dan dia tidak memberikan perlawanan yang berarti sama
sekali.
Kurebahkan tubuhnya di atas ranjang, kemudian kuciumi sekujur
tubuhnya yang masih bau sabun, kulitnya putih, mulus , halus, lembut,
tanpa cacat dan aku suka itu. Mbak Lina sudah tampak pasrah sekali dan
dia tidak bisa melakukan perlawanan sama sekali, dan kupikir ini
merupakan suatu kesempatan bagiku. Kuikatkan kedua tangannya ke ranjang
dengan scarf miliknya, dan dia masih tidak melawan, aku tidak habis
pikir, pasti dia menikmatinya, gumamku dalam hati. Kutindih tubuhnya
dengan tubuhku, kuciumi bibirnya dengan penuh nafsu. Kembali sensasi
menakjubkan itu kurasakan saat tubuhku menghimpit tubuhnya, nafasku
menjadi semakin tidak karuan, kedua kemaluan kami saling bergesekan.
Oh, aku sudah tidak tahan lagi, langsung saja kuremas kedua payudaranya
sambil sesekali kuhisap, berkali-kali ia menjerit lirih. "Ohh.. mm..
uuouugh.. Bunga.. uuhh.."jeritnya tertahan. Desahannya itu semakin
membuatku kehilangan akal, tanpa pikir panjang kumasukkan kedua jariku
ke dalam liang kemaluannya, dan.. "Bles.." meskipun liang kemaluannya
masih rapat, aku tahu kalau dia sudah tidak perawan, sempat terlintas
di pikiranku kenapa dia melarangku melakukannya tadi. Sesaat dia ingin
mengatakan sesuatu tapi dengan cepat aku langsung membungkam mulutnya
dengan tanganku yang lain, dia pun mulai meronta.
Kembali kutindih tubuhnya agar dia tidak bisa berkutik, sembari
jariku masih mengobok-obok kemaluannya. Kedua jariku berusaha mencari
titik G-spotnya, sampai akhirnya aku menemukannya, kemudian aku tekan
kedua jariku. Beberapa saat kemudian Mbak Lina mulai menggeliat-geliat,
kedua kakinya dilingkarkannya ke pinggangku, tubuhnya mulai mengejang,
bahkan pantatnya sampai terangkat, mulutnya masih kubungkam dengan
tanganku. Tubuh Mbak Lina mengejang dengan hebat sampai-sampai Mbak
Lina memejamkan matanya. Setelah agak mereda, aku segera lepaskan
tanganku dari mulutnya. Saat itu aku baru menyadari kalau Mbak Lina
menangis, aku pun melepaskan ikatan tangannya dan.. "Plakk.. plakk.."
Mbak Lina langsung menampar wajahku dua kali. Karena aku merasa tidak
melakukan suatu kesalahan, aku pun mulai menangis. Belum pernah aku
ditampar oleh seorang pun seumur hidupku.
"Hiks.. hiks.. Bunga.. kamu jahat sekali" katanya sambil sesenggukan.
"Mbak.. apa salahku.." kataku sembari berusaha menghapus air mataku yang bertambah deras.
"Kamu.. kamu kan harusnya sudah tahu itu, Mbak kan sudah bilang..
jangan kamu lakukan itu tapi tetap saja kamu lakukan itu. Kamu tuh
nggak ngerti perasaan Mbak.. hiks," katanya sambil menahan tangis.
"Mbak.. Bunga minta maaf, waktu itu Bunga kalap.. jadi Bunga kehilangan kontrol.. maafkan aku ya Mbak!" aku mengiba kepadanya.
Mbak Lina tidak memperdulikan ucapanku, dia membalikkan tubuhnya
dan membenamkan wajahnya ke bantal sambil menangis tersedu-sedu. Aku
menjadi serba salah. Aku pun segera berpakaian, kurasa Mbak Lina
sekarang lagi ingin menyendiri, jadi pelan-pelan kutinggalkan kamarnya.
Aku keluar dari hotel dengan berat hati karena merasa sangat bersalah.
Dua jam kemudian aku kembali ke kamarnya, ternyata dia tak mengunci
pintu kamarnya, aku pun masuk dengan mengendap-endap, aku takut dia
masih marah kepadaku. Aku melihatnya masih teronggok di atas ranjang,
tampaknya dia kelelahan sampai tertidur, kasihan aku melihatnya. Aku
pun mendekat dan berusaha menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut.
Tapi kemudian ia terbangun, mungkin ia terbangun olehku. Dia
membetulkan selimutnya sambil menatapku dalam-dalam, aku tak berani
menatapnya, aku hanya bisa tertunduk malu.
"Bunga sekarang jam berapa?" katanya kepadaku.
"Jam sembilan Mbak," jawabku takut-takut, sambil terus menunduk.
"Ya ampun.. Mbak belum makan malam nih.. temenin Mbak makan yuk!" kata dia.
Aku tidak menjawab, aku hanya mengangguk pelan. Dia pun segera
berdandan dan berganti pakaian. Lalu dia menggandeng tanganku keluar
kamar, dia menggenggam tanganku dengan erat, entah apa yang
dipikirkannya.
Kami pun akhirnya makan di sebuah rumah makan dekat hotel yang
kebetulan buka sampai malam. Selama makan pun kami saling berdiam diri,
tidak mengucapkan sepatah katapun. Sepulang dari rumah makan itu, Mbak
Lina kembali menggandeng tanganku dengan erat, seolah tidak ingin
melepaskanku. Kami kembali menuju hotel dan segera menuju kamar. Begitu
kami masuk kamar, Mbak Lina langsung mendudukkanku di bibir ranjang,
aku sudah siap jika ia ingin memarahiku lagi, aku menundukkan kepalaku,
tidak berani menatap wajahnya. Tapi kemudian tangannya yang halus dan
lembut mendongakkan kepalaku, dia menatapku dalam-dalam. Karena merasa
takut, tanpa sadar air mataku mulai mengalir.
"Lho Bunga.. kenapa kamu menangis?" tanya dia sambil menghapus air mataku.
"Mbak.. Bunga minta maaf, Bunga ngaku salah, maafin aku ya Mbak..!" kataku terisak.
Mbak Lina bersimpuh di hadapanku, diambilnya tanganku, dia genggam erat tanganku.
"Bunga.. harusnya Mbak yang minta maaf sama kamu, Mbak udah
ngasarin kamu.. udah sekarang kamu jangan nangis lagi yah.. sayang,"
kata dia sambil mengecup keningku.
"Harusnya Mbak memberitahu kamu sejak awal tentang ini.. mm..
begini. Sebenarnya Mbak punya komitmen akan sesuatu.." katanya memecah
suasana.
Dia berkata, "Mbak pernah berjanji pada diri sendiri, barang siapa
yang pertama kali melakukan seperti apa yang kamu lakukan tadi pada
Mbak, maka Mbak akan setia bersama dia sebagai seorang kekasih."
"Tapi.. tapi Mbak kan sudah nggak perawan lagi.." kataku.
"Iya betul.. tapi aku kehilangan kegadisanku oleh tanganku sendiri,
perlu kamu ketahui kamulah orang pertama yang melakukan itu padaku,
meski dulu aku punya pacar tapi tidak ada yang seberani kamu dan
senekat kamu sehingga mereka tidak pernah berani macam-macam sama
Mbak.. kamu mengerti sekarang sayang," kata dia.
Dia kembali berkata, "Bunga.. maukah kamu menjadi kekasihku?" dia
memohon sambil berlutut di hadapanku. Sekali lagi aku tidak ingin
membuat kesalahan, aku tidak ingin mengecewakannya lagi, aku pun
mengangguk pelan. Mbak Lina pun bangkit, kemudian dia duduk di
pangkuanku, lalu dia melepas t-shirt yang dikenakannya, terpampanglah
dua gundukan indah di hadapanku, terbalut BH putih berenda. Kami
berpandangan, Mbak Lina tersenyum manja, kemudian dia mengecup bibirku,
aku pun tersenyum. Kupeluk tubuh indahnya kemudian kubaringkan dia,
kemudian.. "Bunga! Jangan ditindih ya.. please.. habis kamu berat sih,"
katanya manja. Aku pun cuma mengangguk, aku lalu berbaring di
sampingnya, kubelai rambutnya dengan lembut, kukecup keningnya,
bibirnya, kemudian lidahku mulai menelusuri tubuhnya, kucium dadanya,
pagutan demi pagutan membuatnya tampak kegelian. Kulepaskan BH-nya yang
dari tadi masih menutupi gunung kembarnya, puting susunya tegak
berdiri, tampaknya dia sudah sangat terangsang. Kujilati puting susunya
satu persatu. "Oooh..!" Mbak Lina mendesah kegelian, aku pun mulai
menghisap puting susunya yang sebelah kanan sedang yang kiri
kupilin-pilin putingnya dengan kedua jariku. Kali ini Mbak Lina
mengeluarkan desahan-desahan yang menggairahkanku, dia memejamkan mata
sambil menggigit bibirnya, berusaha menahan gairah yang begitu
menggelora.
Setelah cukup puas, kubuka t-shirt beserta BH-ku, kupeluk tubuhnya
kemudian kubalikkan tubuhnya sehingga kini ia menindihku. Dia duduk di
atas tubuhku. Kini tangannya mulai usil memilin-milin kedua puting
susuku sambil tersenyum manja, kulingkarkan tanganku ke pinggangnya
sehingga tubuhnya semakin dekat denganku. Kuraih punggungnya sehingga
ia kembali menindihku, kedua kaki kami saling membelit, tangannya masih
meremas-remas kedua payudaraku, dia menatapku dalam-dalam, aku tahu apa
maksudnya. Bibir kami pun bertemu, saling melumat, lidah kami saling
berpilin, dada kami saling bergesekan, aku pun mulai merasakan
kehangatan bunga-bunga cinta di antara kami.
Mbak Lina sudah tidak sabar lagi, ia mulai melepas celana jeans
beserta celana dalam yang dikenakannya, dia juga melepas pakaian yang
masih menempel di tubuhku. Kini kami berdua sama-sama telanjang bulat,
kami mulai bergumul di atas ranjang, berguling-guling ke sana kemari.
Aroma kewanitaan dari kemaluan kami mulai terasa keras menusuk hidung.
Kemaluan kami berdua benar-benar basah, terbukti ketika kami saling
menggosokkan kemaluan kami sampai terdengar bunyi berdecak-decak
pertanda kemaluan kami sangat becek. Bibirku terus melumat bibirnya,
nafasnya mulai tidak teratur, kumasukkan kedua jariku ke kemaluannya,
dia pun tak mau kalah dia juga memasukkan kedua jarinya ke dalam liang
kemaluanku, aku mulai mengobok-obok kemaluannya sambil terus memeluknya
dengan erat. Tidak.. sekarang tidak hanya kedua jariku, kini kumasukkan
tiga jari ke dalam kemaluannya dan dia pun semakin menggila, tangannya
yang satu lagi meremas pantatku dengan kuat, tubuhnya semakin
mengejang-ngejang.
"Ooohh.. oughh.. aahh.. Bungaa.. mau keluar nihh.. oohh.." dia mendesah dengan keras.
Dan aku pun bisa merasakan cairan hangat keluar dari kemaluannya,
aroma kewanitaan pun semakin terasa, membuatku semakin menggila. Tak
lama kemudian aku pun mencapai orgasme, tubuhku mengejang dengan hebat,
seolah-olah ada yang meledak dalam tubuhku. Kami berdua terkulai lemas
dalam pelukan, aku masih sempat melihat dia tersenyum kepadaku,
kemudian dia memejamkan matanya dan tidur dalam pelukanku. Keesokan
harinya aku terbangun, aku mendapati dirinya masih meringkuk dalam
pelukanku, aku sibakkan rambut yang menutupi wajahnya, wajahnya tampak
berseri-seri, aku tidak tega membangunkannya, dia begitu cantik dan
anggun. Aku pun terus membelainya sampai kemudian ia terbangun. Kukecup
bibirnya dengan lembut. "Selamat pagi.." kataku lirih.
TAMAT
----
« Hot Zone
« Back
« Home
« New & Fresh
2213